Welcome To My Blog

Alviana Jumrotul Khoiriyah

Rabu, 04 Juni 2014

RINGKASAN MATERI MATA PELAJARAN EKONOMI BABA "PERDAGANGAN INTERNASIONAL"

Posted by Unknown On 00.19

• Perdagangan internasional adalah kegiatan transaksi dagang antarnegara atau dilakukan melewati batas negara.
- Menurut pandangan Kaum Merkantilisme, perdagangan internasional ditujukan untuk menunjang kelebihan ekspor daripada impor dan pemupukan logam mulia, karena logam mulia dianggap sebagai tanda kekayaan.
- Menurut Teori Keunggulan Mutlak yang dikemukakan oleh Adam Smith, perdagangan internasional terjadi jika suatu negara memiliki keunggulan untuk suatu produk tertentu (adanya spesialisasi produksi).
- Menurut Teori Keunggulan Komparatif, perdagangan internasional terjadi jika suatu negara memiliki keunggulan dalam biaya tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu barang.
- Menurut Teori Keuntungan Permintaan Timbal Balik, perdagangan internasional timbul jika ada titik keseimbangan pertukaran antara dua barang dan dua Negara dengan menentukan dasar tukar dalam negeri (DTD).

• Kebijakan Proteksi dapat dilakukan dengan cara: penentuan tarif atau bea masuk, pelarangan impor, kuota atau pembatasan impor, subsidi, dan dumping.

• Pembayaran internasional dapat dilakukan dengan beberapa cara:
a. Kompensasi pribadi (private compensation)
b. Pembayaran tunai (cash payment)
c. Surat wesel dagang (commercial bill of exchange)
d. Letter of Credit (L/C)
e. Rekening terbuka (open account)

• Neraca pembayaran adalah catatan (dokumen) sistematis yang mengikhtisarkan seluruh transaksi ekonomi antara penduduk suatu negara, dengan penduduk Negara lain selama masa tertentu (1 tahun).

• Komponen neraca pembayaran terdiri atas: transaksi dagang (trade), pendapatan modal (income on investment), tansaksi-transaksi unilateral (unilateral transaction), penanaman modal langsung (direct investment), utang piutang jangka penjang (long term loan), utang piutang jangka pendek (short term capital), sektor moneter (monetary sector)

• Neraca pembayaran berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi di antaranya terjadinya perubahan kurs devisa, harga, tingkat pendapatan, dan tingkat bunga.

• Alat pembayaran luar negeri (devisa) terdiri atas: devisa umum (devisa yang berasal dari hasil ekspor barang/jasa) dan devisa kredit (devisa yang berasal dari pinjaman luar negeri.

• Kurs valuta asing merupakan harga yang dibayar untuk satu unit mata uang asing. Adapun sistem kurs valuta asing atau sistem devisa terdiri atas:
a. sistem standar emas atau sistem kurs tetap (Fixed Rate System)
b. sistem kurs mengambang (Floating Exchange Rate)
c. sistem kurs tambatan (Bretton Woods System)
d. sistem kurs mengambang terkendali atau sistem kurs distabilkan (Managed float/ Dirty Float)

• Kerja sama ekonomi internasional dikelompokkan menjadi 4 (empat) bentuk, yaitu:
a. Kerja sama ekonomi bilateral
b. Kerja sama ekonomi regional
c. Kerja sama ekonomi multilateral
d. Kerja sama ekonomi antarregional

RINGKASAN MATERI MATA PELAJARAN PKn BAB "HUBUNGAN INTERNASIONAL"

Posted by Unknown On 00.10

HUBUNGAN INTERNASIONAL DAN PERJANJIAN INTERNASIONAL

A. Pengertian Hubungan Internasional
Hubungan internasional adalah hubungan antar bangsa dalam segala aspeknya yang dilakukan oleh suatu negara untuk mencapai kepentingan nasional negara tersebut.
Warsito Sunaryo mengatakan bahwa, Hubungan Internasional adalah studi tentang interaksi antara jenis kesatuan-kesatuan sosial tertentu (subjek hukum internasional) termasuk studi tentang keadaan relevan yang mengelilingi interaksi
Komponen-komponen yang harus terdapat dalam Hubungan Internasional adalah :
  1. International Politics (Politik Internasional)
  2. The Study of Forchight Affair (studi tentang peristiwa internasional)
  3. International Law (HUkum Internasional)
  4. International Organitation of Administrattion (organisasi adminnistrasi Internasional)
B. Pentingnya HUbungan Internasional
Hubungan internasional merupakan suatu hal yang sangat diperlukan dalam kehidupan dunia, karena tidak ada suatu negara pun di dunia yang bisa hidup sendiri tanpa adanya ketergantungan terhadap negara lain. dengan adanya hubungan internasional maka suatu negara dapat memenuhi kebutuhan negara dan warga negaranya yang belum bisa disediakan oleh negara tersebut. Tujuan dari hubungan internasional antara lain :
  1. memacu pertumbhan ekonomi setiap negara
  2. menciptakan saling pengertian antar bangsa
  3. menciptakan keadilan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyatnya
C. sarana-sarana hubungan internasional
Hubungan internasional dapat dilaksanakan melalui beberapa sarana, yaitu :
  1. Diplomacy
  2. Sanksi
  3. Perang
  4. obilasasi internasional untuk mempermalukan suatu negara
  5. Sanksi ekonomi
PERJANJIAN INTERNASIONAL
A. Pengertian
Prof. Dr. Muchtar Kousoumaatmadja, Perjanjian unternasional adalah perjanjian yang diadakan antar bangsa yang bertujuan untuk menciptakan akibat-akibat hukum tertentu.
B. Tahap-Tahap Pembuatan Perjanjian Internasional
  1. Negotiation (perundingan)
  2. Signature (penandatanganan)
  3. Ratification (Pengesahan). Pengesahan dalam prakteknya terbagi dalam 3 bagian, yaitu :
  • Pengesahan oleh badan eksekutif
  • pengesahan oleh badan legislatif
  • pengesahanoleh badan eksekutif dan legislatif.
pengesahan perjanjian internasional di indonesia didasarkan pada pasal 11 ayat (1) UUD 1945, bahwa “presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat perdamaian dan membuat perjanjian dengan negara lain“.
C. Persyaratan Perjanjian Internasional
Unsur-unsur pentingdalam persyaratanperjanjian internasional adalah :
  1. harus dinyatakan secara resmi
  2. Bermaksud untuk membatasi, meniadakan atau mengubah akibat hukum dari ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam perjanjian tersebut.
Berkaitan dengan persyaratan perjanjian internasional tersebut, terdapat 2 teori yang berkembang :
  1. Unanimity Principle (teori kebulatan suara), yaitu persyaratan yang diajukan hanya berlaku bagi negara yang mengajukan apabila diterima oleh negara peserta lainnya.
  2. Teori Pan Amerika, yaitu bahwa perjanjian itu mengikat negara yang mengajukan persyaratan dengan negara yang menerima.
D. Berlakunya perjanjian internasional
Kapan Perjanjian internasional mulai berlaku?
  1. sejak tanggal yang ditentukan dalam piagam perjanjian, atau menurut yang disetujui oleh peserta perjanjian
  2. jika tidak ditentukan maka perjanjian ulai berlaku sejak adanya pernyataan persetujuan
  3. jika persetuuan suatu negara untuk diikat oleh perjanjian timbul setelah perjanjian itu berlaku, maka perjanjian mulai berlaku bagi negara iotu pada tanggal tersebut, kecuali jika ditentukan lain.
E. Pelaksanaan Perjanjian Internasional
Ketaatan terhadap perjanjian internasional dilakukan berdasarkan prinsip berikut :
  1. Pact sun Servanda, yaitu isi perjanjian merupakan hukum yang mengikat bagi peserta perjanjian, sehingga perjanjian tersebut harus ditaati.
  2. Kesadaran Hukum Nasional, yaitu isi perjanjian internasional dapat ditaati opelh suatu negara jika tidak bertentangan dengan hukum nasional atau ideologi  negara bersangkutan.
F. Pembatalan Perjanjian Internasional
Berdasarkan konvensi Wina Tahun 1969, perjanjian internasional dapat dibatalkan karena hal berikut :
  1. Negara atau wakil kuasa penuh melakukan pelanggaran terhadap hukum nasionalnya
  2. adanya unsur kesalahan (error) dalam pembuatan perjanjian internasional
  3. adanya unsur penipuan dari negara peserta yang satu kepada negara peserta lainnya
  4. terdapat penyalahgunaan atau kecurangan  melalui kelicikan atau penyuapan
  5. adanya unsur paksaan terhadap wakil suatu negara oleh wakil negara yang lain
  6. bertentangan dengan kaidah dasar hukum internasional
G. Berakhirnya Perjanjian Internasional
Muchtar Kusumaatmadja, menyatakan bahwa, perjanjian internasional berakhir karena hal berikut :
  1. telah tercapai tujuan
  2. berakhirnya masa berlaku
  3. salah satu pihak menghilang dan punahnya objek perjanjian
  4. adanya persetujuan peserta untuk mengakhiri perjanjian
  5. adanya perjanjian baru yang kemuadian membatalkan perjanjian terdahulu
  6. syarat-syarat perjanjian terpenuhi
  7. perjanjian secara sepihak diakhiri oleh suatu negara peserta dan disetujui oleh peserta perjanjian lain

Selasa, 03 Juni 2014

RINGKASAN MATERI MATA PELAJARAN SOSIOLOGI BAB "MASYARAKAT MULTIKULTURAL"

Posted by Unknown On 23.59

MASYARAKAT MULTIKULTURAL
I. PENGERTIAN MASYARAKAT MULTIKULTURAL
a. Menurut J.S Furnivall
Masyarakat majemuk adalah suatu masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain dalam satu kesatuan politik
b. J. Nasikun
Masyarakat majemuk sejauh masyarakat tersebut secara structural memilki sub-subkebudayaan yang bersifat diverse yang ditandai oleh kurang berkembangnya system nilai yang disepakati oleh seluruh anggota masyarakat dan juga system nilai dari kesatuan-kedsatuan social serta sering munculnya konflik-konflik social
c. Menurut Van den Berg
Masyarakat multicultural memiliki karakteristik :
  1. Terjadinya segmentasi ke dalam bentuk kelompok-kelompok yang sering kali memiliki subkebudayaan yang berbeda satu sama lain
  2. Memiliki struktur social yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat nonkomplementer
  3. Kurang mengembangkan consensus di antara para anggota masyarakat tentang nilai-nilai social yang bersifat mendasar
  4. Relative sering terjadi konflik diantara kelompok yang ada
  5. Secara relative integrasi social tumbuh diatas paksaan dan saling ketergantungan di bidang ekonomi
  6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok-kelompok yang lain.
  • Ciri-ciri masyarakat multicultural secara umum:
  1. Adanya pengakuan terhadap perbedaann & kompleksifitas kehidupan .
  2. Adanya perlakuan yan g sama terhadap semua komunitas baik yang mayoritas maupun minoritas .n
  3. Kesederajatan kedudukan dalam keaneragaman dan perbedaan secara individu / kelompok .n
  4. Penghargaan yan g tinggi terhadap HAM dan saling menghormati .n
  5. Adanya kebersamaan , kerjasama dan hidup berdampingann
  • Jenis-jenis masyarakat multikultur/majemuk
1. Masyarakat majemuk dengan kompetisi seimbang
Terdiri atas sejumlah komunitas atau kelompok etnik yang memiliki kekuatan kompetisi seimbang
2. Masyarakat majemuk dengan mayoritas dominan
Terdiri atas sejumlah komunitas atau kelompok etnik yang kekuatan kompetitifnya tidak seimbang
3. Masyarakat majemuk denganminoritas dominan
Kelompok minoritas memiliki kekuatan kompetitif di atas yang lain sehingga mendominasi politik dan ekonomi
4. Masyarakat majemuk dengan fragmentasi
Tidak ada satu kelompokpun mempunyai posisi politik atau ekonomi dominan
II. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TIMBULNYA MASYARAKAT MULTIKULTURAL INDONESIA
1. Keadaan geografis
Terdiri dari 17 ribu pulau merupakan factor yang sangat besar pengaruhnya terhadap terciptanya multicultural suku bangsa di Indonesia
2. Pengaruh kebudayaan asing
Karena terletak di jalur perlintasan menungkinakan penyebaran agama dan kebudayaan yang dibawa oleh para pedagang
3. Kondisi iklim yang berbeda
Perbedaan tempat tinggal, dipantai dan dipedalaman, perbedaan curah hujan dan kesuburan menyebabkan masyarakat Indonesia berbeda.
  • Integrasi masyarakat Indonesia dalam kesatuan wilayah Republik Indonesia dipicu oleh peristiwa:
  1. Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit telah mempersatukan suku bangsa-suku bangsa Indonesia dalam kesatuan politis, ekonomis dan social.
  2. Kekuasaan kolonialisme Belanda selama tiga setengah abad telah menyatukan suku bangsa-suku bangsa di Indonesia dalam satu kesatuan nasib dan cita-cita
  3. Selama pergerakan nasional, para pemuda Indonesia telah menolak menonjolkan isu kesukubangsaan dan melahirkan Sumpah Pemuda
  4. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia RI 17 Agustus yang mendapat dukungan dari semua suku bangsa di Indonesia yang mengalami nasib yang sama di bawah penjajahan Belanda dan Jepang.
III. KEANEKARAGAMAN KELOMPOK SOSIAL DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI INDONESIA
  • Menurut Koentjaraningrat, klasifikasi keanekaragaman warna masyarakat dan kebudayaan di Indonesia adalah:
  1. Tipe Masyarakat berdasarkan system berkebun yang sangat sederhana
  2. Tipe masyarakat pedesaan dengan berdasarkan bercocok tanam di lading atau sawah
  3. Tipe masyarakat pedesaan dengan berdasarkan bercocok tanam di lading atau sawah dengan orientasi kota
  4. Tipe masyarakat pedesaan dengan berdasarkan bercocok tanam di sawah dengan padi sebagai tanaman pokoknya
  5. Tipe masyarakat perkotaan
  6. Tipe masyarakat metropolitan
  • Pengelompokan dalam beberapa kelompok tertentu:
1. kelompok etnis
Bentuk kelompok yang menampilkan persamaan bahasa, adat kebiasaan, wilayah, sejarah, sikap dan system politik serta telah mengembangkan subkulturnya sendiri.
Kelompok etnis yang ada di Indonesia:
  1. Pulau Sumatra (suku Aceh, Minangkabau, Melayu, Bengkulu, Batak, Mentawai, Nias, Palembang, Lampungh)
  2. Pulau Kalimantan (suku Dayak, Banjar, Melayu)
  3. Pulau Jawa (suku Jawa, Sunda, Badui, Tengger, Betawi)
  4. Pulau Sulawesi (suku Minahasa, Sangir, Bolang Mangondo, Gorontalo, Toraja, Bugis, Makasar, Mandar)
  5. Pulau Bali (suku Bali Aga, orang Bali pendatang)
  6. Pulau Maluku (suku Ambon, Kei, Tual, Dobo, Morotai)
  7. Pulau Papua (suku Waigeo, Bantanta, Timika, Asmat, Dani, Kubu Anak dalam)
  8. Pulau Nusa Tenggara (suku Sasak, Dompu, Helong, Timor, Lio, Alor)
2. Kelompok keagamaan
Indonesia terdiri atas banyak pemeluk umat beragama.
3. Kelompok social berdasarkan stratifikasi social
Stratifikasi tidak hanya mendasarkan pada aspek ekonomi saja, tetapi orang mulai berlomba menaikkan status social dengan pendidikan
IV. MASALAH YANG TIMBUL AKIBAT KEANEKARAGAMAN MASYARAKAT MULTIKULTURAL
1. Kesenjangan Multidimensional
Terdapat kesenjangan hamper semua aspek kehidupan.
  • Kesenjangan aspek kemasyarakatan
Mencakup penyelenggaraan organisasi social, system politik, dan system hokum
  • Kesenjangan sosiografis antara pulau Jawa dan pulau-pulau di Indonesia
Kesenjangan dalam hal kepadatan penduduk, kemajuan pendidikan, dan tingkat kemakmuran serta keterlibatan dalam komunikasi serta telekomunikasi nasional maupun internasional
  • Kesenjangan yang berkaitan dengan aspek materiil
Perkembangan industrialisasi yang terkonsentrasi di Pulau Jawa telah memperbesar kesenjangan Jawa dan luar Jawa.
  • Kesenjangan antara mayoritas dan minoritas
  1. Kesenjangan antara pribumi dan non pribumi
  2. Kesenjangan antara penganut agama mayoritas dan penganut agama minoritas
  3. Kesenjangan antara kaya dan miskin
  4. Kesenjangan dalam bidang sosiokultural yang menyangkut struktur piramida kekuasaan
2. Konflik antaretnis dan antarpemeluk agama yang berbeda
Konflik antar suku bangsa adalah konflik antara kelompok suku bangsa yang etrgolong pribumu dengan kelompok suku bangsa yang etrgolong pendatang, yang diakibatkan oleh adanya perbuatan sejumlah warga pendatang(oknum) yang bertindak sebagai preman dan criminal yang telah mendominasi hamper keseluruhan bidang kehidupan dengan cara-cara kekerasan dan terror
Dampak dari pendominasian kekerasan dan terror:
  • kemunculan kesadaran dan kemantapankesukubangsaan pada mereka yang merasa ditidakadili dan yang menjadi tidak berdaya sebagai lawan dari kesukubangsaan para preman dan orang-orang yang tergolong sebagai suku bangsa preman
  • Kemunculan dan kemantapan stereotif dan prasangka terhadap mereka yang tergolong suku bangsa preman dan pelaku criminal yang didasari oleh kebencian yang mendalam.
  • Munculnya perlawanan secara perorangan dan kelompok-kelompok kecil dari masyarakat terhadap dominasi preman dan pelaku criminal.
V. Perkembangan Keanekargaman dalam Masyarakat
Interaksi yaitu berkumpulnya anggota kelompok yang berbeda dalam satu kelompok sosial yang sama. Suatu kelompok social berdasarkan atas persamaan daerah, suku bangsa, agama, ras, dan lapisan social sehingga dapat disatukan menjadi sebuah kelompok social.
Dalam kelompok social itu terjadi persilangan ( interseksi ) maupun konsolidasi, misalnya antara Klan dan suku bangsa. Keadaan demikian oleh Peter M. Blau disebut sebagai intersected social structure dan consolidated social structure.
A. Intersected social structure
Suatu struktur social dinamakan intersected apabila keanggotaan para warga masyarakat dalam kelompok – kelompok social yang ada bersifat silang – menyilang (interseksi). Sebuah kelompok terdiri dari berbagai latar belakang suku, ras, agama, dll.
Keanggotaan para warga masyarakat dalam kelompok – kelompok social yang saling menyilang ( intersected atau cross cutting affiliation ) akan menimbulan terjadinya loyalitas yang juga silang – menyilang ( cross cutting loyalities ).
Interseksi ( Persilangan ) Keanggotaan Warga Masyarakat dalam Kelompok-Kelompok Sosial :
Interaksi merupakan gambaran tentang terjadinya persilangan keanggotaan warga masyarakat dalam kelompok social tertentu, hal ini terjadi akibat adanya sifat keterbukaan dalam system pelapisan social dan diferensiasi social yang ada dalam masyarakat.
Contohnya adalah orang dari suku Jawa, Madura, Sunda yang masuk menjadi anggota partai A sehingga tergolong pada masyarakat yang berpartisipasi palitik di partai A.
Cross cutting affiliations yang melahirkan cross cutting loyality, selain dapat meredakan konfllik juga dapat digunakan sebagai penyeimbang untuk mencegah terjadinya konflik yang tajam di antara suku – suku bangsa.
Jadi, konsekuensi perubahan interseksi terhadap diferensial adalah perubahan yang mengarah pada kemajuan dalam segala aspek kehidupan dengan maksud mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa yang lebih ber- Bhineka Tunggal Ika.
  • Proses persilangan antarkelompok masyarakat akan memberikan dampak sebagai berikut
  1. Melahirkan perasaan saling memiliki dan tanggung jawab
  2. Mengikat, terhadap tempat atau wadah keanggotaannya
  3. Tetap memilki loyalitas terhadap kelompok sosialnya
  4. Mengecek terjadinya konflik antarkelompok social tersebut
  5. Mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa
B. Consolidated social structure
Struktur social masyarakat disebut consolidated apabila terjadi tumpang tindih parameter, sehingga terjadi penguatan identitas keanggotaan warga masyarakat di dalam kelompok social. Sebuah kelompok social merupakan wadah orang – orang yang stu ras, satu suku bangsa, atau satu agama
Konsolidasi Keanggotaan Warga Masyarakat dalam Kelompok Sosial
Kata konsolidasi berasal dari bahsa latin consolidation, yang artinya penguatan. Konsolidasi adalah gambaran tentang terjadinya proses memperkuat hubungan, persatuan, atau tumpang tindihnya keanggotaan warga masyarakat dalam kelompok – kelompok social tertentu akibat adanya sifat keterbukaan dalam system deferensiasi.
Proses Interaksi dan Konsolidasi Keanggotaan Warga Masyarakat dalam Kelompok Sosial :
Proses kehidupan bermasyarakat mulai dari adanya kelompok yang paling kecil yang disebut keluarga. Dari keluarga tersebut auatu kelompok yang disebut Klan. Klan adalah kelompok kekerabatan yang menyusun hubungan melalui keturunan ayah ( patrilineal ) dan garis keturunan ibu ( matrilineal ) yang menunjukkan adanya integrasi social, seperti kesatuan wilayah, adapt istiadat, hak – hak istimewa. Contohnya adalah perkawinan wanita dari Bali denagn seorang laki – laki dari suku Jawa. Kemudian dalam upacara perkawinan tersebut menggunakan upacara adat dari kedua suku tersebut, sehingga terwujud keserasian dan keharmonisan.
Konsekuensi Konsolidasi dalam Masyarakat Multikultural
Di dalam masyarakat Indonesia konsolidasi atau konsolidasi atau tumpang tindih keanggotaan dapat dilihat seperti contoh di bawah ini.
Orang Bali identik dengan Hindu, orang melayu identik dengan orang Islam, dan orang Minahasa identik dengan Kristen Protestan. Akibat adanya tumpang tindih ( konsolidasi ) keanggotaan ini anggota masyarakat dapat digolongkan menurut suku bangsa sekaligus juga dapat digolongkan menurut agama
Dari contoh diatas, terlihat bahwa terjadi tumpang tindih parameter sehingga terjadi penguatan identitas keanggotaan warga masyarakat di dalam kelompok social. Adanya kelompok social yang berusaha mempertahankan identitas dirinya seperti suku bangsa dan agama ini dinamakan primoordialisme.
Primordialisme yang terbentuk ini dapat berdampa positif dan negative. Apabila primordialisme itu diarahkan untuk memelihara kekerabatan serta budaya daerah dalam menunjang persatuan bangsa dan terpeliharanya kebudayaan nasional bangsa maka primordialisme dikatakan berdampak positif.
Primordialisme juga dapat bersifat negative jika primordialisme melahirkan sikap rasialisme, sukuisme, dan primordialisme ekstrimisme sehingga akan mengganggu dan memudarkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Adanya primordialisme sebagaimana diuraikan diatas, juga mendorong lahirnya berbagai organisasi social politik, diantaranya adalah Partai Nasional Indoneaia ( PNI ), Majelis Syura Muslim Indonesia ( Masyumi ). Di samping itu ada pula organisasi – organisasi lainnya yang bersifat kedaerahan, antara lain Jong Java, Jong Sumatera Bond, dll.
Jadi dapat disimpulkan bahwa konsekwensi perubahan konsolidasi terhadap diferensiasi social pada masa lalu hanya sekedar untuk mengikat persatuan bagi kepentingan kelompok atau kepentingan tertentu. Sedangkan masa sekarang konsolidasi mengikat persatuan untuk kepentingan yang lebih besar, yaitu kepentingan bangsa dan Negara di segala bidang.
VI. Masalah Perkembangan Kelompok Sosial 
1. Primordialisme
Primordialisme adalah paham atau ide dari anggota masyarakat yang mempunyai kecenderungan untuk berkelompok sehingga terbentuklah suku – suku bangsa.
Latar belakang timbulnya primordialisme antara lain sebagai berikut
Adanya sesuatu yang dianggap istimewa pada ras, suku bangsa, daerah asal, dan agama.
Ingin mempertahankan keunggulan kelompok atau komunitas dari ancaman luar.
Adanya nilai – nilai yang dijunjung tinggi karena keterkaitann dengan system keyakinan, misalnya nilai keagamaan dan falsafah hidup di dalamnya.
  • Dampak negative dari primordialisme antara lain
  1. Menghambat hubungan antarbangsa
  2. Menghambat proses asimilasi dan integrasi
  3. Mengurangi bahkan menghilangkan objektivitas ilmu pengetahuan.
  4. Penyebab terjadinya diskriminasi ( perbedaan secara sengaja terhadap) golongan tertentu yang didasarkan pada ras, agama, mayoritas, dan minoritas masyarakat ).
  5. Merupakan kekuatan terpendam ( potensi ) terjadinya konflik antara suku suku bangsa.
  • Sedangkan dampak sisi positif primordialiisme antara lain sebagai berikut
  1. Meneguhkan cinta tanah air
  2. Mempertinggi kesetiaan terhadap bangsa
  3. Mempertinggi semangat patriotisme
  4. Menjaga keutuhan dan kestabilan budaya
2. Etnosentris 
Etnosentris adalah sikap menilai unsur – unsur kebudayaan lain dengan menggunakan kebudayaan sendiri. Dapat diartikan pula sebagai sikap yang menganggap cara hidup bangsa merupakan cara hidup yang paling baik.
  • Dampak negatifyang lebih luas dari sikap etnosentris lainnya, yaitu :
• Mengurangi keobjektifan ilmu pengetahuaan
• Menghammbat pertukaran budaya
• Menghambat proses asimilasi kelompok yang berbeda
• Memicu timbulnya konflik social
Bukti adanya sikap Etnosentris adalah hamper setiap individu merasa bahwa kebudayaan yang paling baik dan lebih tinggi dibandingkan dengan kebudayaan lainnya. Misalnya, sebagai berikut :
Bangsa Amerika angga akan kekayaan materinya.
Bangsa Prancis bangga akan bahasanya
Bnagsa Italy bangga akan musiknya
3. Pengertian aliran politik
Politik aliran berasal dari kata pliyik dan aliran, politik artinya segala urisan dan tindakan ( kebijakan dan siasat ) mengenai pemerintahan Negara. Sedangkan aliran, artinya haluan, pendapat, paham politik, dan pandangan hidup.
Jadi politik aliran adalah sebagai suatu kebijakan atau siasat yang dijadikan haluan, paham politik, atau pandangan hidup oleh suatu orang atau kelompok masyarakat.
Proses Perkembangan Politik Aliran
Perkembangan kehidupan politik (system politik) sebagai konsekuensi adanya kehidupan masyarakat yang majemuk (diferensiasi social) dan pelapisan social (stratifikasi social) disamping proses–proses social yang lain.
Perkembangan Politik Aliran di Indonesia
Adanya politik aliran pada masa lalu yang bersifat primordial antara lain terlihat seperti, adanya Partai Nasonal Indonesia ( PNI ), Persatuan Rakyat Marheni Indonesia ( PERMAI ), Partai Buruh Indonesia ( PBI ), dll.

Sejarah Kota Samarinda

Posted by Unknown On 23.57

A.     Samarinda Bagian Dari Wilayah Kerajaan
Kutai KartanegaraPada masa itu wilayah kerajaan Kutai Kertanegara terbentang dari Sangkulirang di sebelah Utara hingga sekitar Sungai Teleke di Selatan.kemudian ke pedalaman hingga mencapai daerah pegunungan Batu Ayan,Batu Tingang dan Batu Bulan (ini dikenal dengan Pegunungan Meratus dan Pegunungan Muller). Hingga wilayah kota Samarinda,Kota Balikpapan,Kabupaten Penajam Paser Utara (Bagian Utara),Kabupaten Kutai Kartanegara,Kabupaten Kutai Barat,Kabupaten Kutai Timur dan Kota Bontang sekarang ini.          Pada seminar Sejarah Kota Samarinda yg dihadiri oleh para ahli sejarah baik sejarawan lokal maupun sejarawanan nasional pada tanggal 21 Agustus 1987,dihasilkan keputusan berdasarkan bukti bukti sejarah yg ada ,bahwa hari jadi Kota Samarinda ditetapkan pada tanggal 21 Januari 1668.B. Berdirinya Samarinda
Sejak zaman dahulu putra-putra Sulawesi Selatan (Suku Bugis-Makasar)terkenal dengan jiwa pelaut yg gagah berani,dengan perahu Pinisnya,mereka pernah menguasai pelayaran di perairan sekitar Australia bahkan sampai ke Madagaskar.          Disulawesi Selatan khususnya ,sejak abad ke-14 ada beberapa kerajaan yg terkenal seperti: Kerajaan Gowa,Bone,Sidenreng,Suppa,Wajo,Soppeng,Ajattappareng dal Luwu. Banyaknya kerajaan-kerajaan tersebut,maka potensi konflik berupa gesekan-gesekan politik(kekuasaan) sangat signifikan untuk terjadi.Kerajaan Gowa dan Bone berhasil bersatu saat Sultan Hasaniddin memegang tahta kerajaan di Gowa.sebagian di antara mereka hijrah ke Kerajaan Kutai Kertanegara di bawah pimpinan La Mohang Daeng Mangkona.Rombongan tiba di Kalimantan Timur di atas tercatat dalam sejarah karena rombongan Panglima Limboto tercatat sebagai pendiri kampung Bugis di Tanjung Redeb Kabupaten berau , La Mohang Daeng Mangkona diberikan tempat oleh raja Kutai yg Belakangan menjadi kota Samarinda,Ibu Kota Propinsi Kalimantan Timur saat ini.                                   Semula rombongan tersebut memilih daerahsekitar muara sungai karang mumus (daerah Selili sekarang.Tetapi daerah ini menimbulkan kesulitan di dalam pelayaran karena airnya berputar dan banyak kotoran sungai,selain itu terlindung oleh Gunung.kemudian mereka pindah kedaerah seberang, yakni Samarinda Seberang sakarang ini.                                    Dengan rumah rakit yang berada di atas air,harus sama tinggi antara rumah satu dan lainnya,yg melambangkan ”tidak ada perbedaan derajat,apakah bangsawan ataukah rakyat biasa,semua SAMA derajatnya”.Dengan lokasi yg berada disekitar muara sungai,dan kiri-kanan sungai dataran rendah atau “RENDA”. Diperkirakan dari istilah inilah lokasi pemukiman tersebut dinamakan SAMARENDA atau lama kelamaan (dengan ejaan ) menjadi SAMARINDA.Setelah diadakan permufakatan antara mereka,maka perkampungan itu diberi nama SAMARENDA yang berarti:tidak ada yg lebih tinggi keturunan bangsawannya. Ini ditunjukan dengan rumah-rumah mereka yg di rakit-rakit,tidak ada yg lebih tinggi dari yang lainnya guna menampakan rasa persamaannya diantara mereka di rantau orang. sejak itulah perkampungan mereka dinamakan SAMARENDA dan sekarang ditulis dan diucapkan SAMARINDA.      Ketika pemerintah Belanda menjadikan lokasi Samarinda Kota sebagai pusat Pemerintahan di Afdeeling Oost-Borneo,maka peranan Samarinda kian berkurang dan akhirnya perkampungan Samarinda diubah menjadi SAMARINDA SEBERANG.Tidak berapa lama Samarinda sudah terkenal sebagai pusat perdagangan di perairan Mahakam,dan penduduknya terus bertambah,baik dari pendatang orang Bugis maupun orang-orang Kutai di dekitarnya,sehingga terbentuk menjadi 3 kampung,yakni Kampung Mesjid,Kampung Dagang dan Kampung Pasar.          Kota Samarinda terus diperintah di baeah Pua Ado ( yg setiap pengangkatannya di setujui oleh raja Kutai ).Diadakan pemilihan Pua Ado baru,dan terpilihlah sepuppu La Mohang Daeng Mangkona,yg bernama La Sawedi Daeng Mappoji ( Sitebba ),Sebagai Pua Ado kedua.Samarinda bertambah pesat kemajuannya.Pelabuhan yg diperbesar ,memudahkan arus angkutan barang perdagangan antara Samarinda dengan Makasar dan kota-kota lainnya.Sebagaian besar penduduk Samarinda masih tunduk patuh kepada raja Kutai,sesuai dgn sumpah mereka dahulu untuk terus mengabdi kepada raja Kutai.raja-raja Kutai sejak kedatangan rombongan Bugis (tahun 1668 ),sudah ada percampuran darah dengan raja-raja Bugis,sehingga raja Kutai adalah raja mereka juga.C. Masa Pemerintahan Pua Ado di Samarinda
Dari catatan yg dapat dikumpulkan bahwa dari tahun 1668 sampai dengan tahun 1906 ada 10 orang Pua Ado yg memerintah di Samarinda.sesudah tahun 1906 Samarinda diberi kedudukan sebagai Distrik Samarinda Seberang yg dipimpin oleh Raden Panji Ario Projo ( tahun 1906-1910 ) semasa Sultan Mohammad Alimuddin.1.   La Mohang Daeng Mangkona (tahun 1673-1746 )
2. La Sawedi Daeng Mappoji sebagai Pua Ado II (tahun 1746-1750)
3. Kapitan Nahkoda La Tojeng Daeng Ripetta sbagai Pua Ado III (tahun 1750-1799)
4. Kapitan La Made Daeng Punggawa Gelar Pua Ado IV (tahun 1799-1817 )
5. Uwa’na Soeboe Gelar Pua Ado V (tahun 1799-1817 )
6. Uwa’na Pangole Gelar Pua Ado VI ( tahun 1817-1843 )
7.  Haji Siduppa Daeng Parani Gelar Pua Ado VII ( tahun 1843-1852 )
8. Haji Barong Daeng Parage Gelar Pua Ado VIII ( tahun 1852-1867 )
9. Puanna Rappe Daeng Pesuro Gelar Pua Ado IX ( tahun 1861-1867 )
10.     Ade Lompo E,yang Langsung Di Bawah Pengawasan Sultan ( tahun 1870-1906 )
D.     Pemerintah Belanda Mendirikan Pemerintahan
di SamarindaDengan dikalahkannya Kerajaan Kutai di dalam peperangan maka pada tanggal 11 Oktober 1844 Sultan Muhammad Salahoeddin terpaksa menandatangani perjanjian,yg mengakui pemerintahan Belanda sebagai yg dipertuan.Didalam  usaha KPM melebarkan sayapnya ke seluruh penjuru daerah jajahan Belanda ,maka pelayaran di Sungai Mahakam juga menarik perhatian.karena itu pemerintahan Belanda di wilayah ini terus berusahan mencarii lokasi yg terbaik untuk pelabuhannya.Dari penelitian teknis dipilihlah peraian sekitar kota Samarinda yg terbaik,yg dapat berlabuh kapal sampai ribuan ton,dengan kemudahannya kapal dapat berputar haluan,karena sungai di wilayah ini cukup lebar.
Demikian pula dengan Samarinda yg di seberang , bertambah  pudar kemegahan yg pernah dimiliki pada masa-masa sebelum tahun 1900-an.Kepudarannya itulah,menyebabkan semula ia disebut dengan SAMARINDA,tetapi lama kelamaan secara perlahan-lahan perananannya sudah terbalik,bahkan kemudian lebih dikenal dengan nama SAMARINDA SEBERANG,dan kota Samarinda yg dibangun oleh Belanda,semula ada bagian dari kampung pasar-dari kota Samarinda Seberang,menjadilah ia sebagai Kota SAMARINDA yg kita kenal sekarang ini.

Biografi KH. Abdul Fattah Hasyim

Posted by Unknown On 23.31



Pada sekitar dekade 20-an, dimana rakyat Indonesia masih berada dalam genggaman pemerintah kolonial. Di sebuah dusun kecil yang bernama Kapas di kota Jombang tepatnya pada tahun 1911 M. lahirlah seorang perintis yang kita kenal sebagai sosok pecinta ilmu yang arif, bijaksana, tegas dan kharismatik. Beliau adalah Hadrotus Syekh Romo KH. Abdul Fattah. Terlahir dari pasangan KH. Hasyim Idris (Kapas Jombang) dan Ibu Nyai Hj. Fathimah binti KH. Hasbullah bin KH. Abdus Salam (Tambakberas Jombang), beliau adalah putra pertama dari empat bersaudara. Adik pertamanya bernama Maisaroh (Istri KH. Nur Salim, Mayangan). Kemudian KH. Abdul Wahid dan yang terakhir adalah KH. Faiq Hasyim (Kedunglo Kediri).

A. Mengenal lebih dekat Kyai Fattah
KH. Abdul Fattah Hasyim dilahirkan di Kapas Jombang tepatnya pada tahun 1911 M. dan wafat lebih kurang 31 tahun yang lalu tepatnya pada hari jum’at wage tanggal 27 April 1977 pukul 22.15 di Tambakberas Jombang. Ayahandanya bernama KH. Hasyim bin Kyai Idris dari kapas Jombang adalah seorang Kyai yang sangat digdaya, terkenal ilmu kanuragannya, wira’ i dan ahli tirakat, sementara Ibunya bernama Fathimah putri KH. Hasbullah seorang dermawan yang kaya raya Pengasuh Pondok Pesantren Tambakberas, Ibu Nyai Fathimah adalah adik termuda dari seorang pendiri organisasi Nahdlatul Ulama’ KH. Abdul Wahab Hasbullah. KH Abdul Fattah Hasyim merupakan putra pertama dari empat bersaudara, adik pertamanya bernama KH. Abdul Wajid kemudian Ibu Nyai Fatihah ( istri KH. Nursalim Mayangan) dan yang terakhir ( Saudara seayah beda Ibu ) KH. Moh. Faiq Kedunglo Kediri.

Silsilah keturunan KH. Abdul Fattah Hasyim dari ayah maupun ibu mempunyai jalur kenasaban (Intisab) sampai pada Pangeran Benowo, dari pangeran Benowo ke atas jalur keturunan bertemu langsung (muttashil) sampai pada Joko tingkir ke atas lagi sampai Sultan Pajang ( 1570-1587M).

Setelah usianya sudah mencapai dewasa setelah beberapa tahun melakukan perjalanan intlektual (ngudi kaweruh babakan ilmu Agomo) di beberapa Pondok Pesantren di pulau jawa, tepatnya pada 1938 di usianya yang ke 27 KH. Abdul Fattah di jodohkan seorang gadis cantik yang bernama Musyarrofah, putri KH. Bisyri Sansuri pengasuh Pondok Pesantren Denanyar Jombang suami dari ibu Nyai Khodijah yang merupakan kakak kandung Ibu Nyai Fathimah Ibunya KH. Abdul Fattah. Buah dari perkawinan beliau dengan Ibu Nyai musyarrofah melahirkan dua belas putra putri (tiga putra dan sembilan putri). Adapun keduabelas putra putri KH. Abdul Fattah adalah sebagai berikut :

Fathimah (Alm) meninggal di usia dua tahun
Mu’izah (Alm) mennggal di usia dua tahun
Nyai Hj. Nafisah Sahal, istri KH. Sahal Mahfud (Pengasuh Pondok Pesantren Maslahul Huda Kajen Pati)
Nyai Hj. Hurriyah Jamal, istri KH. Djamaluddin Ahmad ( pengasuh Pondok Pesantren Bumi Damai Al Muhibbin Bahrul Ulum Tambakberas Jombang)
Mahsunah (Alm) meninggal di usia bayi
Nyai Hj. Muthmainnah Sulthon, nama aslinya Kholishoh, Istri KH. Sulthon Abdul Hadi (pengasuh pondok pesantren Al Hikmah Bahrul Ulum Tambakberas Jombang
Hubby Syauqi (Alm), ayahanda Agus Jabbar Hubbi Pengasuh Pondok Pesantren Al Hidayah Bahrul Ulum.
Nyai Hj. Lilik Muhibbah, istri KH. Masduqi Amin (Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Gedongan Cirebon)
KH. Abdul Nashir, (Pengasuh Pondok Pesantren Al Fathimiyyah dan pengasuh Pondok Induk Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas)
KH. Ah. Taufiqurrahman, (Pengasuh Pondok Pesantren Ar-roudloh Bahrul Ulum Tambakberas Jombang)
Nyai Hj. Syafiyah, nama aslinya adalah makiyyah istri Dr.Yahya Ja’far (Pengasuh Pondok Pesantren Al Hikmah Al Fathimiyyah Denoyo Malang)
Bani meninggal ketika masih kecil


B. Kepribadian Kyai Fattah
KH. Abdul Fattah Hasyim dikenal sebagai seorang yang memiliki kepribadian yang adekuat. Hal ini nampak pada perilakunya yang cenderung teguh dalam memegang prinsip, suka menolong, penuh kasih sayang, zuhud, wira’i dan tawaddlu’. Belaiu juga seorang yang memiliki kedisiplinan yang tinggi dan istiqomah terhadap hal-hal yang terkait dengan mu’amalah, pendidikan, dan ibadah. Dengan karakternya yang demikian beliau sangat dihormati oleh orang-orang yang berinteraksi dengan beliau.

Dalam urusan jamaah shalat lima waktu KH. Abdul fattah sebagaimana yang di tuturkan oleh putrinya Ibu Nyai Hj Nafisah tidak pernah absen, bahkan menjelang wafatnya di saat mengalami sakit parah beliau masih menanyakan orang yang menyertai jamaahnya. Hampir setiap subuh sekitar pukul 03.30 pagi dengan sangat telaten beliau membangunkan para santri dari kamar perkamar untuk jamaah shalat subuh, mengomando dengan meniup trompet di depan rumahnya kepada para santri untuk meng’adzani setiap masuk waktu shalat. Setengah jam sebelum di mulai jamaah sholat beliau KH. Abdul fattah sebagaiman yang di katakan oleh KH Hasan, beliau sudah siap dengan pakaian shalat yang lengkap dengan serban (imamah) di kepala dan sajadah di pundaknya, seperempat jam sebelum jamaah di mulai beliau sudah megerjakan i’tikaf di Masjid.

Kedisiplinan dan keistiqomahan yang tinggi juga nampak dari dalam diri beliau KH. Abdul fattah Hasyim ketika membimbing dan mengasuh santri-santri Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum. Tepat pukul 07.00 ketika sudah waktunya masuk sekolah, sebelum bel masuk berbunyi beliau sudah bertandang lebih dahulu ke Madrasah, mengontrol para guru yang tidak masuk pada hari itu, sehingga menurut Pak Ihsan Mojokrapak sebagai salah seorang guru pada era Kyai Fattah, melihat kedisiplinan yang tinggi yang sudah mendarah daging pada diri KH. Abdul Fattah tersebut sehingga menimbulkan perasaan malu (ewuh pakewuh) dari para guru ketika terlambat atau atau tidak masuk mengajar. Begitu juga dalam urusan pengajian para santri setelah shalat Subuh dan Ashar menurut K. Ilham, beliau KH. Abdul fattah adalah tipikal orang memiliki jiwa istiqomah yang sangat tinggi sekali, tidak pernah absen dalam memberikan pengajian, kecuali terdapat udzur yang sangat mendesak yang tidak bisa beliau tinggalkan. Konon karena kedisiplinan dan keteguhannya dalam memegang perinsip dan amanah khusussnya amanah para santri yang di titipkan oleh orang tuanya kepada belaiu, walaupun ada tamu sekalipun dari jauh kalau sudah waktunnya ngajar maka beliau lebih memilih untuk mengajar dari pada melayani tamu tersebut, hal ini di sebabkan karena beliau merasa punya tanggung jawab terhdap santri santri yang di titipkan kepadanya. Begitu juga dalam memberikan pengajian masyarakat beliau KH. Abdul Fatttah Hasyim tidak pernah lobong (absen) sebagaimana yang di tuturkan oleh bapak Munif ketua ranting NU pada era kyai Fattah, bahwasanya KH Abdul fattah adalah seorang yang disiplin dan istiqomah dalam membina pengajian Masyarakat, walaupun kondisi cuaca kurang bersahabat sehabis hujan, kondisi jalan masih terjal, bergelombang (becek jw) dan gelap karena belum ada penerangan listrik beliau KH. Abdul fattah tidak pernah malas dan patah semangat untuk datang ke musholla musholla dalam rangka mengisi pengajian masyarakat, ketika pengajian di mulai jam 08.30 malam beliau KH. Abdul Fattah sudah datang sudah datang secara tepat sesuai dan langsung memulai pengajian tersebut walaupun kedaan jamaah yang hadir masih sangat sedikit, begitu juga ketika pengajian selesai jam 10 malam maka pada saat itu pula beliau langsung mengahiri pengajian walaupun tema pengajian yang di bicarakan belum tuntas. Sehingga menurut Mbah kholiq pengiat pengajian kyai Fattah, akibat kedisiplinan dan keistiqomahan beliau kyai Fattah tersebut para jamaah yang sedianya akan absen mengikuti pengajian merasakan malu (sungkan : bahasa jawa) dengan dirinya sendiri, dan realitas yang terjadi pada masa pengajian KH. Abdul Fattah akibat kedisiplinan dan keistiqomahannya hampir setiap musholla pada saat pengajian beliau selalu di penuhi dengan pengunjung, bahkan pihak panitia pengajian sampai harus membuatkan tenda khusus untuk menampung jamaah pengajian yang tidak kebagian tempat dalam pengajian yang di asuh oleh beliau.

Di mata keluarganya terutama putra putrinya KH. Abdul fatah Hasyim adalah sosok seorang ayah yang sangat tegas dan disiplin, setiap subuh beliau sudah membangunkan putra putrinya untuk jamaah shalat subuh. di tengah kesibukan mengasuh dan mendidik masyarakat dan anak anak pondok. Sebagai seorang ayah yang mempunyai tanggung jawab terhadap putra putrinya terutama dalam urusan pendidikan mereka beliau KH. Abdul fattah Hasyim juga tidak pernah lepas kontrol terhadap segala aktifitas yang di lakukan oleh putra putrinya terutama dalam hal pendidikan, hampir setiap hari beliau selalu memantau perkembangan belajar putra putrinya, selalu menanyakan hasil belajar yang di raih putra putrinya serta tidak jarang beliau menangani sendiri pengajaran mereka, sebagaimana yang di alami oleh Ibu Nafisah Sahal, ketika menginjak kelas enam Madrasah Ibtidaiyyah dia di ajar sendiri oleh ayahandanya tentang pelajaran ilmu Faraidl. Perhatian KH. Abdul fattah tidak berhenti pada saat putra putrinya masih belajar di rumah saja akan tetapi ketika putra putrinya sudah suadah meneruskan belajar di pondok pesantren mereka masih mendapatkan pantauan dan perhatian serius dari beliau, hal ini terbukti ketika putra putrinya pulang dari pondok pesantren sebagaimana yang di ceritakan oleh Ibu Lilik muhibbah salah satu putri beliau, bahwasanya, kalimat pertama yang di lontarkan beliau kepada sang anak sepulang dari belajar dari Pondok di antaranya adalah “berapa nilai rapornya, ketika mengikuti pelajaran di pondok” dan “bagaimana kitabnya (penuh tidak maknanya)”, hal ini menunjukan bahwa KH. Abdul fattah Hasyim sosok yang sangat disiplin dan sangat intens dan disiplin terhadap pendidikan putra putrinya.

KH. Abdul fattah seorang yang teguh dalam memegang prinsip terutama prinsip prinsip syari’ah, komitmen penuh dalam memegang hukum, tidak ceroboh (semberono) dalam memutuskan setiap permasalahan lebih lebih yang berkaitan dengan hukum syariat, sebuah contoh yang sangat menarik tentang komitmen beliau pada permasalahan hukum sebagaimana yang di tuturkan oleh KH. Djamaludin adalah kebijakan beliau KH Abdul Fattah tentang hukum pengumpulan zakat fitrah oleh pengurus NU ranting melalui para penerima zakat mustahiqquzzakat yang di tunjuk panitia untuk menerima zakat dari masyarakat, dalam memutuskan boleh tidaknya kebijakan seperti ini KH. Abdul Fattah tidak buru buru memutuskan hukum boleh atau tidak kebijakan di atas, akan sebagai langkah ihtiyath (hati hati) untuk mencapai kebenaran hukum dalam kacamata syara’ beliau tidak merasa malu untuk menanyakan terlebih dahulu hukumnya kepada KH. Bisyri Sansuri. Begitu juga dalam hal penegerian Madrasah Muallimin oleh pemerintah melalui menteri Agama tahun 1969 KH. Abdul Fattah tidak serta merta menerima tawaran tersebut akan tetapi tawaran tersebut di terima setelah melalui pertimbangan dan pemikiran yang matang, sehingga wujud kongkritnya setelah di negerikannya Madrasah Muallimin tersebut ciri ciri khas pesantren yang berupa kurikulum kitab kitab salaf tidak sampai tergusur serta menjadi menu utama dalam proses belajar mengajar di Madrasah ini, hal ini tidak lepas dari komitmen KH. Abdul Fattah Hasyim dalam mempertahankan prinsip dan ajaran-ajaran yang di rintis oleh Ulama Ulama salaf .

Menurut ibu Nafikah salah satu santri al fathimiyyah tahuan 50an, dalam kaitannya memelihara Amar ma’ruf nahi seperti pergaulan antara laki laki dan perempuan KH. Abdul Fattah Hasyim memiliki sikap yang sangat tegas dan ketat. bahkan beliau sangat tidak setuju sekali apabila terdapat acara pengajian sementara di dalamnya terdapat percampuran antara laki-laki dan perempuan, begitu juga apabila terdapat pengajian yang di hadiri oleh kaum laki laki sementara yang memberi ceramah dan pembaca Al Qur’an dalam pengajian tersebut adalah seorang perempuan beliau sangat tidak setuju sekali dan tidak akan bersedia hadir dalam acara tersebut.


C. Kesalehan kyai Fattah
Walaupun pikiran, tenaga, dan waktu beliau curahkan untuk mendidik dan membina (ngemong) santri dan masyrakat, bukan berarti KH. Abdul Fattah Hasyim berpangku tangan serta melepaskan diri dalam urusan-urusan keluarga. Sebagaimana di ceritakan oleh KH. Nashir Fattah, sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab penuh terhadap urusan keluarga terutama dalam hal ekonomi, berbagai usaha dan pekerjaan pernah beliau jalanai, beliau pernah merintis bisnis penimbunan garam, berdagang tembakau, membuka toko dan lain lain akan tetapi dari usaha-usaha yang beliau terjuni itu selalu mengalami kerugian, bahkan uang pinjaman yang rencanaya akan beliau alokasikan untuk mengembangkan usaha usaha tersebut raib di ambil oleh sekawanan pencuri, sehingga dalam perkembanganya untuk menyambung kebutuhan keluarganya beliau hanya mengandalkan penghasilan dari toko kecil dan sebidang tanah yang sampit yang di pelihara oleh salah seorang abdi ndalem dan salah seorang warga kampung Tambakberas.

Dalam kondisi ekonomi yang serba kekurangan (paspasan : bahasa jawa), tersebut tidaklah mengendurkan perhatian beliau KH. Abdul Fattah Hasyim terhadap nasib faqir, miskin dan orang orang yang membutuhkan, hampir tiap pekan bisa di pastikan terdapat tamu yang bertandang ke rumah beliau untuk meminta sumbagan, di tengah tengah kondisi ekonomi yang sempit yang beliau alami, dengan tanpa berat (ora eman.: bahasa Jawa) beliau memberikan sebagian harta yang beliau miliki kepada mereka, akibat kedermawanan dan kemurahan beliau terhadap orang yang membutuhkan sampai beliau sering menuai protes dari Ibu Nyai.

Dengan kedermawanan beliau yang begitu tinggi dalam kondisi ekonomi yang sempit sehingga putrinya Ibu Hj Nafisah sahal mengibaratkan KH. Abdul Fattah Hasyim bagaikan air yang selalu mengalir yang tidak pernah berhenti alirannya walaupun di pancarkan ke berbagai aliran.

Adapun untuk kehidupan KH. Abdul Fattah Hasyim yang berhubungan dengan ibadah, dan amalan amalan keseharian lainnya, sebagaimana yang di ungkapkan oleh Bapak Abdurrohman Saliman yang pernah menjadi abdi ndalem kyai Fattah, bahwasanya KH. Abdul Fattah Hasyim adalah seorang yang sangat istiqomah dalam urusan jama’ah shalat lima waktu, bahkan hingga beliau di beri cobaan sakit parah yang meyebabakan beliau di panggil Allah, beliau tidak bersedia meninggalkan jamaah.

Untuk amalan amalan ibadah selain jamaah yang rutin di lakukan oleh KH. Abdul Fattah Hasyim sebagaimana di tuturkan oleh putri beliau Ibu lilik Muhibbah adalah istiqomah membaca al qur’an setelah jamaah shalat shubuh sampai jam tujuh pagi, dalam rentang waktu tersebut tidak kurang empat juz dari al Qur’an yang beliau baca, bahkan kemanapun berpergian beliau selalu membawa Qur’an kecil di sakunya.

Adapun untuk amalan yang berupa wirid wirid atau dzikir tertentu tidak begitu banyak yang di amalkan oleh beliau KH. Abdul Fattah Hasyim, beliau juga tidak terlibat secara formal dalam Thoriqot Thoriqot tertentu seperti Thoriqot Syadiliyah, Naqsyabandiyah dan lain lain sebagaimana yang terjadi pada masa sekarang, walaupun beliau sendiri mempunyai amalan amalan Thoriqot tersebut, Sebagaimana di katakan oleh KH. Syamsul Huda bahwasnya menurut KH. Abdul Fattah Hasyim ketika seorang sudah mengamalkan shalat lima waktu dengan berjamaah di tambah dengan Shalat sunnat rowatib dan membaca Al-Qur’an secara kontinyu (istiqmah) maka sudah merupakan aktualisasi pada pengamalan Thoriqot. Senada dengan Pak Kyai Syamsul Huda putra beliau KH Abdul Nashir menuturkan bahwasanya KH. Abdul Fattah Hasyim tidak pernah mengikuti thoroqot tertentu, hal ini di sebabkan karena ketika beliau KH. Abdul Fattah Hasyim sowan kepada KH. Wahab Hasbullah dalam rangka memohon izin untuk mengikuti Thoriqot tertentu, permohonan izin tersebut langsung di jawab oleh beliau KH. Wahab bahwa dengan megadakan pengajian, mendidik dan membina santri secara rutin sudah merupakan perwujudan dari pengamalan Thoirqot.

Selain amalan amalan yang di lakukan oleh KH. Abdul Fattah Hasyim sebagaimana yang di sebutkan di atas adalah daya belajar (Mutholaah) beliau yang sangat tinggi, hampir setiap hari terutama malam hari beliau secara rutin mempelajari berbagai kitab, terutama kitab kitab yang sedianya di sampaikan di pengajian santri dan masyarakat. Begitu tingginya mutholaah beliau sehingga ketika Gus Dur meminta waktu untuk mengaji sebuah kitab tertentu beliau harus mendapatkan kesempatan jam 01 malam untuk bisa mengaji sorogan dengan beliau

D. Perjalanan intelektualitas kyai Fattah
Perjalanan KH. Abdul Fattah Hasyim dalam menuntut ilmu di awali dari gemblengan secara intensif dari ayahandanya sendiri, beliau mendapatkan pendidikan dasar Ilmu Ilmu Agama dan pengajaran Al Qur’an. Di samping mendapatkan pendidikan dari ayahandanya sendiri KH. Abdul Fattah juga mendapatkan tambahan pendidikan dasar dasar Ilmu Agama di Madrasah Ibtidiyyah Tambakberas yang pada saat itu beliau se angkatan dengan KH. Moh Wahib sampai kelas enam shifir

Setelah mengijak remaja, dengan berbekal dasar ilmu agama yang telah beliau kuasai selanjutnya KH. Abdul Fattah Hasyim melanjutkan perjalanan intlektualnya Rihlah Ilmiyyah ke beberapa Pondok Pesantren, dan sudah menjadi tradisi yang umum di kalangan santri santri zaman dahulu melakukan perjalanan menuntut ilmu yang tidak hanya di satu atau dua pesantren saja, tradisi ini mereka lakukan di sebabkan karena antara pesantren satu dengan pesantren lainnya mempunyai karakter dan keunggulan yang berbeda beda, terdapat tipe pondok pesantren yang hanya mendalami ilmu ilmu Nahwu (Gramatikal Arab), terdapat tipe pesantren yang hanya mengfokuskan pada pengkajian ilmu al qur’an dan Hadits dan ada juga tipe Pesantren yang hanya mengfokuskan pada bidang pengkajian ilmu Tashawwuf sehingga alasan seperti ini mungkin yang mengilhami KH. Abdul Fattah Hasyim untuk melakukan perjalanan menuntut ilmu (rihlah ilmiyyah) ke beberapa Pondok Pesantren. Pondok. Pertama kali yang di tuju oleh beliau KH. Abdul Fattah Hasyim dalam pengembaraan menuntut ilmu menurut sebagian pendapat adalah pondok Pesantren Mojosari Nganjuk, selanjutnya setelah mendapatkan seberkas cahaya ilmu (Nuurul ilmu) dari Pondok tersebut beliau melanjutkan ke Pondok pesantren Siwalan Panji Buduran Sidoarjo di bawah asuhan KH. Khozin, di Pesantren ini beliau mendalami Ilmu Ilmu Tata Bahasa Arab (Gramatikal Arab) yang meliputi Shorof, Nahwu (Al fiyyah Ibnu Malik) dan Balaghoh. Setelah beberapa lama menimpa ilmu di Pesantren Siwalan Panji, dan mendapatkan modal ilmu yang luas beliau KH. Abdul Fattah Hasyim belum merasa puas dan masih merasa bodoh terhadap ilmu yang telah di capai, sehingga pada akhirnya beliau memutuskan untuk melakukan perjalanan intlektual di Pesantren Tebuireng Jombang di bawah bimbingan dan asuhan Hadlrotussyaikh KH. Hasyim asyari. Di pilihnya Pesantren Tebuireng sebagai alernatif terakhir oleh beliau KH. Abdul Fattah Hasyim dalam pengembaraannya mencari ilmu tidak lain di sebabkan karena sosok Kyainya yang Alim Allaamah, sosok Ulama pewaris yang di gambarkan oleh Rosulullah SAW dari Hadits yang di riwayatkan oleh Jabir :

عن حابر رضي الله عنه ( موقوف مرفوع ) قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لا تجالسوا العلماء إلا إذا دعوكم من خمس إلى خمس : من الشك إلى اليقين ومن الكبر إلى التواضع ومن العداوة إلى النصيحة ومن الرياء إلى الإخلاص ومن الرغبة إلى الزهد "

Di riwayatkan dari sahabat Jabir dia berkata: Rosulullah SAW bersabda: “ janganlah kalian bergabung dengan setiap orang alim (‘ulama’) kecuali mereka mengajak kalian dari lima perkara menuju lima perkara, dari keragu raguan menuju keyaqinan dari riya’ kepada ikhlas, dari cinta dunia kepada benci dunia dari sifat sombong kepada sifat tawadlu’ (merendahkan diri), dari permusuhan kepada nasehat (Imam Ar-Rozi Tafsir Ar- Rozi Vol 1 hal 472. CD. Maktabah As-Syamilah

Di samping itu KH. Abdul Fattah ingin ngalap (mengambil) barokah dari KH Hasyim Asyari sebagai sosok kyai yang alim, wira’i, dan zuhud, tawaddlu’, sosok kyai yang menjadi lentera umat, dengah barokah tersebut dapat menjadi cahaya pembuka hati beliau dalam mencari ilmu yang di ridloi oleh Allah SWT, sebagaimana wasiat sang bijak Luqman al Hakim kepada kepada putranya : “putraku bergabunglah kalian dengan ulama’ dan ambilah berkahnya, sesungguhnya Allah menerangi hati itu dengan ilmu seperti bumi yang subur karena di siram air hujan (Al Muwatha’ Imam Malik). Dalam Nasir Sulaiman . al Ilmu Dloruroh al Syar’iyyah . (Riyadl: Darul Wathon. 1992), h. 17

Pada saat mondok di Pesantren Mbah Hasyim ini bakat intlektual KH. Abdul Fattah mulai tampak, sehingga di mata Hadlrotussyaikh KH. Hasyim Asyari KH. Abdul Fattah termasuk santri istimewa, bahkan menurut KH. Ilham perak bahwasanya KH. Hasyim Asyari tidak akan memulai mbalah (membaca) kitab untuk para santri sebelum KH. Abdul Fattah Hasyim berada di sampingnya. Dan karena kapasitas keilmuan KH. Abdul Fattah yang sudah mumpuni sehingga Hadlrotussyaikh KH. Hasyim Asyari memberi amanat. Beliau untuk ikut membantu mengajar para santri di Pesantren Tebuireng serta sering menjadi badal (pengganti) Hadlrotussyaikh ketika beliau berhalangan hadir dalam pengajian masyarakat. Menurut penuturan KH. Djamaluddin bahwasannya Hadlrotussyaikh KH. Hasyim Asyari pernah mengirim beliau KH. Abdul Fattah Hasyim sebagai duta Pondok dalam rangka mengemban misi da’wah Islam di daerah Sekaran Balen Bojonegoro selama kurang lebih tiga tahun.

Kesungguhan KH. Hasyim Idris untuk menempa kyai Fattah salah satunya nampak pada peristiwa ketika kyai Fattah mondok di tebuireng dan dalam keadaan sakit Sewaktu beliau KH. Abdul Fattah mondok di Tebuireng, sebagaimana di ceritakan oleh K Faiq Hasyim bahwsanya pada saat itu beliau mendapat cobaan sakit parah sehingga para pengurus pondok terpaksa megantarkan beliau pulang ke rumah dengan harapan cepat sembuh ketika sudah di rumah, akan tetapi dalam kenyataannya sesampainya beliau ke rumah (belum sampai masuk rumah) KH. Hasyim Idris (abahnya K fattah) sudah muncul dari rumah dan langsung melarang untuk masuk rumah sambil berkata:” lapo muleh ….luweh apik mati nang pondok dari pada muleh, aku ihlas, ridlo awakmu mati nang pondok dari pada mati nang omah ” dan tidak lama setelah kembali lagi ke pondok beliau di beri kesembuhan oleh Allah dari sakit yang di deritanya

Berbagai fan ilmu di pelajari oleh KH. Abdul Fattah Hasyim di Pesantrennya Mbah Hasyim Asyari, namun yang paling menonjol dan paling di geluti adalah Kitab Hadits Shoheh Bukhori yang di susun oleh Muhammad bin Isma’il al bukhory dan Shoheh Muslim yang di karang oleh Muslim bin Hujjaj al Qusyairi, bahkan untuk kedua kitab tersebut KH. Abdul Fattah mendapatkan sanad secara langsung (muttashil) dari Hadrotussyaikh KH.Hasyim Asyari.

E. Kyai Fattah dan pengembangan pesantren
Antara KH. Abdul Fattah Hasyim dengan pesantren ibarat sekeping koin yang salah satu sisinya saling melangkapi, KH. Abdul Fattah Hasyim adalah figur Kyai dari Pesantren oleh Pesantren dan untuk Pesntren

Setelah belasan tahun secara intensif menggali pengetahuan keagamaan di berbagai Pondok Pesantren, selanjutnya maka, tak heran jika KH. Abdul Fattah Hasyim akhirnya mempunyai kapasitas dan intlektual keilmuan yang tinggi, mampu menguasai berbagai disiplin ilmu, maka sekembalinya dari Pesantren Tebuireng pada tehun 1940 beliau langsung mendapat amanat dari KH. Hasyim Asyari untuk mengajar di Pesantren Denanyar, pada saat beliau membanntu mengajar di Pesantren Denanyar banyak Santri dari Pondok Pesantren Tebuireng yang pindah ke Pesantren Denanyar mengikuti jejak beliau, dan konon beliau KH. Abdul Fattah Hasyim juga turut serta memprakarsai berdirinya Madrasah di Pondok Pesantren Denanyar.

Selang beberapa lama setelah ikut membantu mengajar (khidmah) di Pondok Pesantren Denanyar beliau di minta kembali ke Tambakberas tanah kelahirannya di sebabkan sang ayah KH. Hasyim Idris di panggil yang maha kuasa.

Ulama’ adalah lentera umat, di manapun mereka berpijak mereka selalu membawa cahaya yang menyinari umat dari kegelapan dan kesesatan. KH. Abdul Fattah Hasyim ibarat sebuah lentera yang selalu di kerubuti kumbang kumbang malam di manapun lentera tersebut berada kumbang kumbang itu selalu mengikutinya. Dalam al Rozi , Tafsir al Rozi, (CD Maktabah Syamilah )Vol. 12 hal. 363

Sebagaimana yang terjadi ketika KH. Abdul Fattah Hasyim pindah ke Denanyar dari menuntut ilmu di Tebuireng di mana banyak santri dari Tebuireng yang ikut hijrah beliau ke Denanyar, hal serupa juga terjadi ketika beliau di minta kembali ke Tambakberas setelah meninggalnya ayahandanya KH. Hasyim Idris, banyak di antara santri santri Denanyar yang ikut hijrah beliau ke Tambakberas, hal ini di sebabkan karena beliau adalah sosok Guru yang memiliki kapasitas keilmuan yang tinggi dan selalu menjadi panutan murid muridnya.

Setelah menikah, beliau menetap di Denanyar. Karena ketelatenan dan keuletan beliau dalam mendidik santri-santri saat masih menjadi tangan kanan gurunya di Tebuireng dulu, maka ketika KH. Fattah menetap di Denanyar, banyak santri yang ikut hijroh ke Denanyar juga. Namum beliau mengabdikan diri di Denanyar hanya sampai tahun 1942, meskipun demikian yang memprakarsai adanya Madrasah di Denanyar adalah KH. Fattah. Kembalinya KH. Fattah ke Tambakberas disebabkan setelah Ayahandanya berpulang ke Rahmatullah, beliau merasa terpanggil untuk melanjutkan berjuang di bumi Tanbakberas dengan diikuti 40 santri.

Pada masa masa awal beliau KH. Abdul Fattah Hasyim menggepakkan kakinya di pondok pesantren Tambakberas, pondok peninggalan dari mbah mbahnya tersebut kondisi santrinya sangat sedikit sekali bahkan santri yang tinggal di pondok tersebut tinggal dua belas orang, dan rupanya merosotnya pamor Pesantren terutama menurunnya jumlah santri tidak hanya di alami oleh Pondok Pesantren Tambakberas saja, akan tetapi hampir seluruh Pesantren yang di jawa mengalami hal yang sama. hal ini bila di teliti lebih dalam di sebabkan oleh beberapa faktor di antaranya adalah, situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan bagi masyarakat untuk memperdalam ilmu di Pondok Pesantren.

Maka dengan kondisi Pondok Pesantren yang sudah sangat kritis di tengah situasi dan kondisi yang tidak menentu ini timbulah i’tikad dan perjuangan KH. Abdul Wahab Hasbullah, KH. Abdul Fattah Hasyim dan Kyai Kyai lain untuk mengembalikan para Santri ke meja belajar, upaya yang di lakukan oleh KH. Abdul Fattah Hasyim di bantu oeh Kyai Kyai lain di bawah arahan KH. Abdul Wahab Hasbullah adalah memberikan himbauan kepada masyarakat dalam menangkis seluruh gangguan baik secar fisik maupun mental terhadap eksistensi dan perkembangan Pondok Pesantren,

Di antara usaha yang di lakukan adalah mengajukan permohonan kepada pemerintah Jepang dengan mengatasnamakan guru yang mengajar di Tambakbeas setelah sebelumya mengajukan permohonan atas nama ranting NU di tolak. Dalam pengajuan permohonan ini bertindak sebagai ketua adalah KH. Abdul Fattah sendiri di bantu oleh pengurus pengurus yang lain di antaranya adalah, KH. Abdul Jalil, KH. Abdurrohim, K. Zubair, bapak Ma’ruf dan bapak Soihah, yang kesemuanya di hadirkan di Jombang untuk berjanji dan bersumpah di hadapan pemerintah Jepang, di bawah ancaman nyawa, dan pada akhirnya dengan semangat jihad yang tinggi, permohonan para Kyai tersebut di kabulkan oleh pemerintah Jepang, dan pada ahirnya Madrasah di perbolehkan beroprasi kembali.

Langkah selanjutnya yang di lakukan oleh KH. Abdul Fattah Hasyim setelah berhasil membebaskan lembaganya dari intervensi penjajah Jepang adalah menciptakan image (anggapan positif) bagi seluruh anggota masyarakat terhadap citra Pondok Pesantren yang sebelumnya tercoreng akibat propaganda kaum penjajah, melalui mimbar mimbar pengajian rutin yang beliau rintis bersama sama para tokoh masyarakat yang di antaranya adalah K. Husni, dan K.Abdul Jalil. Dalam mimbar pengajian tersebut beliau-beliau mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mengarahkan anak anaknya agar belajar di sekolah sekolah Islam yang di antaranya adalah Madrasah Ibtidaiyah Tambkberas.

Setelah situasi dan kondisis mulai kondusif, rongrongan dan fitnah dari kaum penjajah terhadap Pondok Pesantren sudah tidak ada lagi, langkah selanjutnya yang di lakukan oleh KH. Abdul Fattah Hasyim dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan kemajuan Pendikan Islam di Bahrul Ulum adalah beliau merintis berdirinya Madarasan Muallimin Mualliamat sebagai lembaga sekolah lanjutan tingkat menengah dan atas dan Pondok Pesantren Putri al fathimiyyah sebagai sarana tempat tinggal bagi santri putri yang ingin mondok dan belajar secara optimal di Tambakberas. Dan sepeninggal KH.Abdul Hamid beliau di beri amanat untuk mengasuh santri Pondok Pesantren Bahrul Ulum.

Pada tahun 1956, di Tambakberas telah berdiri sebuah sekolah bernama “Mubdil Fan” yang didirikan oleh KH. Wahab Hasbulloh. Dan beberapa tahun kemudian jenjang pendidikan formal yang telah ada ditambah dengan mendirikan Madrasah Muallimin Muallimat Atas (MMA) ,waktu itu dengan jenjang pendidikan 4 tahun . Dan pada tahun 1965 MMA disempurnakan menjadi 6 tahun. Tapi di tengah-tengah tahun 1965 MMA disempurnakan Ulum, pada tanggal 7 Ramadlan Almaghfurlah KH. Abdul Hamid yang mengelola dan bertanggungjawab terhadap PP. Bahrul Ulum berpulang ke Rahmatulloh, sehingga pengelolaan selanjutnya di percayakan kepada KH, Abdul Fattah Hasyim, sementara KH. Abdul Wahab Hasbulloh sendiri aktif di Organisasi Nahdlotul Ulama’ .

Di antara kesibukan beliau dalam mengelola Pondok Pesantren dan madrasah serta membina masyarakat di sekitarnya, ternyata KH. Abdul Fattah sama sekali tidak melupakan tugas utamanya sebagai seorang ayah. Dalam mendidik putra-putranya beliau terkenal sangat tegas dan menanamkan sikap disiplin tinggi sebagaimana ayaha beliau dulu mendidik beliau KH. Hasyim Idris, ketegasan beliau terlebih menyangkut hal-hal yang bersifat prinsipil dapat dirasakan pada putra putri beliau, salah satu contoh ketika ada yang melanggar maka harus siap menerima hukumannya. Tetapi sebenarnya beliau bukanlah sosok yang diktator, ini dapat ditelaah dari cerita putra beliau. Ketika itu salah satu dari putra beliau yang pulang dari pesantren mengambil sebuah kebijakan hukum yang tidak sama dengan beliau, melihat hal itu, KH. Abdul Fattah tidak langsung menyalahkan atau menyalahi putranya itu. Tapi dengan amat bijaksana beliau menanyakan tentang dasar-dasar hukum yang diambil pijakan oleh putranya tersebut, dan ketika sang putra berhasil mengajukan sebuah argumen yang cukup dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, mak dengan bijaksana pula beliau mendukung dan memebenarkan apa yang dilakukan oleh putranya itu . Hal ini sebagai bukti bahwa dalam menghadapi darah dagingnya beliau cukup demokratis, yang penting tidak melanggar syariat.

F. Kyai Fattah dan Masyarakat
Di lihat dari aspek amaliyahnya terutama bagi masyarakat terdapat empat tipe seorang Kyai yaitu Pertama adalah Kyai tandur ( Kyai yang hanya mengurusi pegajian umat ) Kedua kyai tutur ( Kyai yang memberikan ceramah / ahli pidato) Ketiga Kyai catur ( kyai yang berkecimpung di dunia politik) dan Keempat adalah Kyai sembur (kyai yang memberikan terapi dan pengobatan pada masyarakat).

KH. Abdul Fattah Hasyim adalah tipikal Kyai yang masuk pada kelompok pertama, di mana beliau adalah bisa dikatakan sebagi khodimul ilmi wal-ummah seorang Kyai yang hidupnya di curahkan untuk melayani umat, yang selalu memberikan bimbingan dan arahan mereka tentang ajaran ajaran islam yang di bawa Rosulullah SAW, menjauhkan mereka dari jurang kekufuran dan menghindarkannya dari limbah kebodohan dan keterbelakangan.

Pada tahun 1964 bersama sama sejumlah Kyai Tambakberas di antaranya adalah K.Khotib, K.Masykur dan K. Soihah beliau merintis pengajian masyarakat (Majlis Ta’lim), sebagai tindak lanjut terhadap pengajian yang pernah di rintis oleh KH. Abdurrohim. Tahap awal permulaan pengajian yang yang di prakarsai oleh beliau KH. Abdul Fattah Hasyim bertempat di Musholla Gedang, (sebelah timurnya makam Mbah Wahab) dan pada perkembangannya pengajian yang di rintis oleh para Kyai tersebut semakin maju dan berkembang, dan bahkan merambat ke sebagian besar Musholla-Musholla yang berada di desa Tambakberas dan sekitarnya, sehingga dengan semakin besarnya animo masyarakat terhadap pengajian serta semakin banyaknya majlis majlis pengajian yang di selenggarakan di Musholla-Musholla maka terbentuklah semacam asosiasi atau perhimpunan para Kyai yang bertugas memberikan pengajian rutin di masyarakat yang dalam istilah sekarang dewan pengajian rutin atau dinas pengajian rutin (DPR). Sebagaimana di ceritakan oleh Mbah kholiq, seorang pegiat pengajian KH. Abdul Fattah menuturkan, “karena begitu antusiasnya para Masyarakat dalam mengikuti pengajian yang di rintis oleh KH. Abdul Fattah Hasyim dan para Kyai Kyai Tambakberas hingga Panitia Pengajian memasang tenda untuk jamaah yang hadir, di sebabkan kondisi daya tampung musolla sudah tidak mampu menampung banyaknya para jamaah yang mengkuti pengajian”

Dalam memberikan pengajian di masyarakat yang di adakan tiap malam Ahad KH. Abdul Fattah Hasyim mempunyai kedisipinan yang sangat tinggi, ketika pengajian di mulai pada jam delapan maka sebelum jam delapan beliau sudah berada di majlis pengajian, pada hal saat itu belum ada transportasi seperti sekarang, kondisi jalan masih becek (jembrot : bahasa Jawa), dan belum ada lampu peneragan jalan.

Dalam menjalin pergaulan dengan masyarakat sekitar beliau KH. Abdul Fattah Hasyim termasuk tipe orang yang humanis memiliki rasa kepedulian sosial yang sangat tinggi terhadap setiap orang, senang menghadiri undangan acara masyarakat kampung di tengah kesibukannya mengasuh santri dan masyarakat, gemar memberikan santunan kepada Faqir miskin dan orang yang membutuhkan. Dengan rasa solidaritasnya yang begitu tinggi terutama terhadap Faqir Miskin dan orang orang yang membutukan maka pada setiap akhir bulan Romadlon, bersama tokoh tokoh masyarakat beliau membentuk panitia yang menghimpun zakat fitrah dari masyarakat kemudian di distribusikan kepada masyarakat yang membutuhkan, seperti faqir miskin, anak anak yatim, Guru Guru Diniyyah dan lain lain.

G. Kiprah Di Organisasi
Berbeda dengan KH. Abdul Wahab Hasbullah yang aktif dalam organisasi terutama organisasi NU, dan bahkan memelopori berdirinya Syarikat Islam, KH. Abdul Fattah Hasyim justru kurang begitu tertarik untuk terlibat secara langsung dalam kegiatan organisasi. Kiprah beliau dalam lingkup lembaga NU hanya sebagai motivator dan pembakar semangat para Pemuda dalam memperjuangkan eksistensi ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah di tengah masyrakat.

Sebagamana yang di tuturkan oleh KH. Faiq Hasyim, pada saat NU masih menjadi partai politik beliau sering memberikan orasi kepada para simpatisan pendukung partai NU dalam musim kampanye partai NU, di antara isi orasi kampanye KH. Abdul Fattah Hasyim terhadapa para pendukung partai NU sebagaimana yang di tuturkan oleh KH. Faiq Hasyim adalah bahwasanya sebelum mengawali kampanyenya terlebih dahulu beliau membunyikan nada batuk batuk ala NU, dalam mengucapkan batuk NU nada kalimatnya adalah “ u’u’u’uee-nnu” kemudian para pengunjung yang hadir secara kompak menirukan kalimat tersebut sehingga dengan strategi seperti itu para simpatisan memiliki semangat dan fanatisme yang tinggi terhadap partai NU.

Sedangkan motifasi kampanye beliau terutama terhadap kalangan para remaja di antaranya adalah: “ wahai para pemuda ansor kalian semua harus bisa memasyarakatkan islam ” di ucapkan dengan berulang ulang sehingga dengan keistimewaan yang di miliki beliau dalam membangkitkan gairah dan semangat para pemuda adiknya KH. Faiq menjulukinya sebagai seorang diplomat dan motifator yang ulung. ketika para pemuda dan para santri mendapat sentuhan motivasi beliau, mereka sontak langsung mendapatkan spirit dan motifasi (ghirroh) yang tinggi.

Sebagian pendapat mengatakan bahwasanya KH. Abdul Fattah Hasyim juga pernah terlibat aktif dalam organisasi massa hanya saja dalam level daerah. Sebagaimana yang di ungkapkan KH Djamaluddin Ahmad bahwasanya KH. Abdul Fattah Hasyim pernah menjadi syuriah NU cabang Jombang di saat ketua umum Tanfizdiyahnya di pegang oleh KH. Aziz Bishri. begitu juga Mbah Ahyat perak menuturkan bahwasanya KH. Abdul Fattah Hasyim dalam organisasi NU beliau pernah menjabat sebagi Katib Syuriah NU, yang di antara tugas tugas beliau sebagaimana penuturan Mbah Muhayyat adalah menulis jawaban jawaban dari segala persoalan persoalan hukum yang terjadi di tengah tengah masyarakat. Sedangkan menurut penuturan K. Kholil dari Nganjuk adalah bahwasannya KH. Abdul Fattah Hasyim sering mengikuti acara Halaqoh dan Bahtsul Masa’il membahas problematika umat bersama Ulama Ulama NU.


H. Kyai Fattah berpulang ke Rahmatulloh.
Sebagaimana di ceritakan oleh KH. Nashir Fattah, KH. Abdul Fattah Hasyim semenjak beliau terjatuh dari pondok di depan ndalem beliau, kondisi kesehatan beliau mulai tidak stabil, sering sakit sakitan, dalam kondisi seperti ini beliau masih rutin mengimami jamaah shalat lima waktu serta memberiakan pengajian dan pengajaran kepada para santri, dan bahkan hingga pada masa masa kritis dari sakit yang beliau derita, beliau masih menanyakan siapa yang yang akan menemaninya dalam menjalankan shalat berjamaah.

Di usia yang ke enam puluh enam tahun, akibat sakit yang di derita dari hari ke hari kondisi kesehatan beliau semakin memburuk, tepat pada malam Juma’at tanggal 27 April pukul 22.15, minggu tenang menjelang pemilu 1977 beliau menghadap keharibaan sang Kholiq, Innaa lillahi wainnaa ilaihi rooji’uun

Duka yang mendalam menyelimuti seluruh masyarakat muslim terutama warga besar Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum atas kepergian seorang Ulama’ besar, sosok pencinta ilmu yang seluruh hidunya di curahkan untuk membina dan membimbing umat, seorang pejuang pendidikan yang berhasil menorehkan sejarah perkembangan Pendidikan Islam di Bahrul Ulum. allohummahamrhum, wayaghfirlahum, wayu’laa darojaaatahum fil jannah, wayanfa’unaa biarsroorihim waanwaarihim wabiuluumihim wabarokaatihim amiin.

Pada Jum’at pagi beliau di makamkan di pemakaman keluarga, sebelah selatan Madarasah Muallimin Muallimat atas wasiyat beliau yang menginginkan untuk di makamkan di sebelah selatan gedung Madrasah Muallimin harapan beliau dengan di makamkan di tempat tersebut ketika beliau sudah di alam baqo’, beliau masih bisa mendengarkan santri santri yang membaca kitab, melantunkan bait bait al-fiyyah dan ayat-ayat suci Al Qur’an.